Ajaran Buddha di Jepang

You are here Home  > Agama >  Ajaran Buddha di Jepang

Ajaran Buddha di Jepang berasal dari India sekitar abad ke-6.. Ajaran ini dibawa oleh Sang Buddha, Siddhartha Gautama. Ajaran Buddha sampai ke Jepang melalui China dan Korea di sekitar abad ke-6. Awalnya, terjadi beberapa konflik dengan Shinto, yang adalah kepercayaan asli Jepang. Kemudian, kedua agama segera dapat berdampingan dan bahkan saling melengkapi sampai hari ini.

Ajaran Buddha pada Masa Kini

Pada periode Nara (710-794), ajaran Buddha tersebar hampir ke seluruh Jepang. Itulah mengapa kita bisa melihat Kuil Todaiji di Nara sebagai kuil Buddha terbesar di Jepang, dan dipercaya sebagai pusat pengajaran agama Buddha pada zaman dahulu.

Saat ini sekitar 90 juta penduduk Jepang percaya akan ajaran Buddha. Namun, agama perbedaan agama atau kepercayaan tidak berpengaruh besar di Jepang. Selama kita hormat dan santun, pekerja keras, dan jujur, orang lain akan memperlakukan kita dengan baik.

Pemakaman di Jepang biasanya dilakukan dengan ritual ajaran Buddha. Selain itu, hampir di seluruh rumah di Jepang menyediakan altar kecil untuk berdoa dan menghormati roh atau arwah nenek moyang mereka. Biasanya orang-orang Jepang akan menyalakan dupa dan berdoa di pagi hari atau saat pulang beraktivitas.

Dampak Sosial Ajaran Buddha di Jepang

Selama Jaman Kamakura (1185-1333) yang dilanjutkan dengan Era Muromachi (1336-1573), agama Buddha memiliki pengaruh yang besar pada masyarakat Jepang. Agama Buddha digunakan oleh tentara untuk mengontrol dan mengawasi penduduk.

Kemudian pada  Jaman Edo (1600-1868), kuil-kuil Buddha memainkan peran administrasi negara, melalui Danka atau sistem terauke. Melalui sistem administrasi ini, pemerintah dapat mengetahui jumlah penduduk sekaligus mengontrol populasi. Dalam hal ini, warga Jepang diminta untuk mendaftar di kuil Buddha lokal mereka dan memperoleh sertifikasi (terauke), yang menjadi penting untuk fungsi dalam masyarakat. Pada awalnya, sistem ini dimasukkan ke dalam tempat untuk menekan Kristen, tapi seiring waktu itu mengambil peran yang lebih besar dari sensus dan populasi kontrol.

Obon

Obon adalah festival Buddha yang dirayakan di Jepang, juga di dalam komunitas-komunitas diaspora Jepang di seluruh dunia. Dalam festival ini, dipercaya, roh-roh mati dan kembali ke bumi selama tiga hari. Dalam hari-hari ini, roh-roh akan mengunjungi kuil-kuil keluarga atau kuburan. Anggota keluarga yang masih hidup kemudian akan datang dan membersihkan kuburan dan untuk mengadakan reuni keluarga.

Sumber gambar:Benjamin Hollis


Recommended for you

Last modified: March 5, 2018

Silakan bertanya...

Email terjamin dan hanya dipakai untuk memberitahu balasan pertanyaan

Yakin dengan itinerary kamu? Takut kesasar? Coba Tour Guide Online!